Oleh AM. Waskito
Alhamdulillahirabbil 'alamin atas segala nikmat dan karunia Allah.
Dengan segala nikmat-Nya kita senantiasa diberi petunjuk dan kekuatan
untuk meniti jalan istiqamah, alhamdulillah. Tanpa karunia dan
perlindungan Allah, kita tak ada apa-apanya.
Berikut ini adalah "10 Jurus Penangkal Kesesatan Syi'ah" yang berisi
sepuluh logika dasar untuk mematahkan akidah sesat Syi'ah.
Logika-logika ini bisa diajukan sebagai bahan diskusi ke kalangan
Syi'ah dari level awam, sampai level ulama. Setidaknya, logika ini
bisa dipakai sebagai "anti virus" untuk menangkal propaganda dai-dai
Syi'ah yang ingin menyesatkan umat Islam dari jalan yang lurus.
Kalau Anda berbicara dengan orang Syi'ah, atau ingin mengajak orang
Syi'ah bertaubat dari kesesatan, atau diajak berdebat oleh orang
Syi'ah, atau Anda mulai dipengaruhi dai-dai Syi'ah; coba kemukakan 10
logika dasar di bawah ini. Tentu saja, kemukakan satu per satu. Insya
Allah, kaum Syi'ah akan kesulitan menjawab logika-logika ini, sehingga
kemudian kita bisa membuktikan, bahwa ajaran mereka sesat dan tidak
boleh diikuti.
JURUS 1: "NABI DAN AHLUL BAIT"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Apakah Anda mencintai dan memuliakan
Ahlul Bait Nabi?" Dia pasti akan menjawab: "Ya! Bahkan mencintai Ahlul
Bait merupakan pokok-pokok akidah kami." Kemudian tanyakan lagi:
"Benarkah Anda sungguh-sungguh mencintai Ahlul Bait Nabi?" Dia tentu
akan menjawab: "Ya, demi Allah!"
...Kalau Syi'ah benar-benar mencintai Ahlul Bait, seharusnya
mereka lebih mendahulukan Sunnah Nabi, bukan sunnah dari Ahlul Bait
beliau...
Lalu katakan kepada dia: "Ahlul Bait Nabi adalah anggota keluarga
Nabi. Kalau orang Syi'ah mengaku sangat mencintai Ahlul Bait Nabi,
seharusnya mereka lebih mencintai sosok Nabi sendiri? Bukankah sosok
Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lebih utama daripada Ahlul
Bait-nya? Mengapa kaum Syi'ah sering membawa-bawa nama Ahlul Bait,
tetapi kemudian melupakan Nabi?"
Faktanya, ajaran Syi'ah sangat didominasi oleh perkataan-perkataan
yang katanya bersumber dari Fathimah, Ali, Hasan, Husein, dan anak
keturunan mereka. Kalau Syi'ah benar-benar mencintai Ahlul Bait,
seharusnya mereka lebih mendahulukan Sunnah Nabi, bukan sunnah dari
Ahlul Bait beliau. Syi'ah memuliakan Ahlul Bait karena mereka memiliki
hubungan dekat dengan Nabi. Kenyataan ini kalau digambarkan seperti:
"Lebih memilih kulit rambutan daripada daging buahnya."
JURUS 2: "AHLUL BAIT DAN ISTERI NABI"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Siapa saja yang termasuk golongan Ahlul
Bait Nabi?" Nanti dia akan menjawab: "Ahlul Bait Nabi adalah Fathimah,
Ali, Hasan, Husein, dan anak-cucu mereka." Lalu tanyakan lagi:
"Bagaimana dengan isteri-isteri Nabi seperti Khadijah, Saudah, Aisyah,
Hafshah, Zainab, Ummu Salamah, dan lain-lain? Mereka termasuk Ahlul
Bait atau bukan?" Dia akan mengemukakan dalil, bahwa Ahlul Bait Nabi
hanyalah Fathimah, Ali, Hasan, Husein, dan anak-cucu mereka.
...Bagaimana bisa cucu-cucu Ali yang tidak pernah melihat
Rasulullah dimasukkan Ahlul Bait, sementara istri-istri yang biasa
tidur seranjang bersama Nabi tidak dianggap Ahlul Bait?...
Kemudian tanyakan kepada orang itu: "Bagaimana bisa Anda memasukkan
keponakan Nabi (Ali) sebagai bagian dari Ahlul Bait, sementara
istri-istri Nabi tidak dianggap Ahlul Bait? Bagaimana bisa cucu-cucu
Ali yang tidak pernah melihat Rasulullah dimasukkan Ahlul Bait,
sementara istri-istri yang biasa tidur seranjang bersama Nabi tidak
dianggap Ahlul Bait? Bagaimana bisa Fathimah lahir ke dunia, jika
tidak melalui istri Nabi, yaitu Khadijah Radhiyallahu 'Anha? Bagaimana
bisa Hasan dan Husein lahir ke dunia, kalau tidak melalui istri Ali,
yaitu Fathimah? Tanpa keberadaan para istri shalihah ini, tidak akan
ada yang disebut Ahlul Bait Nabi."
Faktanya, dalam Surat Al Ahzab ayat 33 disebutkan: "Innama yuridullahu
li yudzhiba 'ankumul rijsa ahlal baiti wa yuthah-hirakum that-hira"
(bahwasanya Allah menginginkan menghilangkan dosa dari kalian, para
ahlul bait, dan menyucikan kalian sesuci-sucinya). Dalam ayat ini
istri-istri Nabi masuk kategori Ahlul Bait, menurut Allah Subhanahu Wa
Ta'ala. Bahkan selama hidupnya, mereka mendapat sebutan Ummul Mu'minin
(ibunda orang-orang Mukmin) Radhiyallahu 'Anhunna.
JURUS 3: "ISLAM DAN SAHABAT"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Apakah Anda beragama Islam?" Maka dia
akan menjawab dengan penuh keyakinan: "Tentu saja, kami adalah Islam.
Kami ini Muslim." Lalu tanyakan lagi ke dia: "Bagaimana cara Islam
sampai Anda, sehingga Anda menjadi seorang Muslim?" Maka orang itu
akan menerangkan tentang silsilah dakwah Islam. Dimulai dari
Rasulullah, lalu para Shahabatnya, lalu dilanjutkan para Tabi'in dan
Tabi'ut Tabi'in, lalu dilanjutkan para ulama Salafus Shalih, lalu
disebarkan oleh para dai ke seluruh dunia, hingga sampai kepada kita
di Indonesia."
Kemudian tanyakan ke dia: "Jika Anda mempercayai silsilah dakwah
Islam itu, mengapa Anda sangat membenci para Shahabat, mengutuk
mereka, atau menghina mereka secara keji? Bukankah Anda mengaku Islam,
sedangkan Islam diturunkan kepada kita melewati tangan para Shahabat
itu. Tidak mungkin kita menjadi Muslim, tanpa peranan Shahabat. Jika
demikian, mengapa orang Syi'ah suka mengutuk, melaknat, dan
mencaci-maki para Shahabat?"
...Kaum Syi'ah mencaci-maki para Shahabat dengan sangat keji.
Tetapi mereka masih mengaku sebagai Muslim. Kalau memang benci
Shahabat, seharusnya mereka tidak lagi memakai label Muslim...
Faktanya, kaum Syi'ah sangat membingungkan. Mereka mencaci-maki para
Shahabat Radhiyallahu 'Anhum dengan sangat keji. Tetapi di sisi lain,
mereka masih mengaku sebagai Muslim. Kalau memang benci Shahabat,
seharusnya mereka tidak lagi memakai label Muslim. Sebuah adagium
yang harus selalu diingat: "Tidak ada Islam, tanpa peranan para
Shahabat!"
JURUS 4: "SEPUTAR IMAM SYI'AH"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Apakah Anda meyakini adanya imam dalam
agama?" Dia pasti akan menjawab: "Ya! Bahkan imamah menjadi salah satu
rukun keimanan kami." Lalu tanyakan lagi: "Siapa saja imam-imam yang
Anda yakini sebagai panutan dalam agama?" Maka mereka akan menyebutkan
nama-nama 12 imam Syi'ah. Ada juga yang menyebut 7 nama imam (versi
Ja'fariyyah).
Lalu tanyakan kepada orang Syi'ah itu: "Mengapa dari ke-12 imam Syi'ah
itu tidak tercantum nama Imam Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan
Imam Hanbali? Mengapa nama empat imam itu tidak masuk dalam deretan 12
imam Syi'ah? Apakah orang Syi'ah meragukan keilmuan empat imam mazhab
tersebut? Apakah ilmu dan ketakwaan empat imam mazhab tidak sepadan
dengan 12 imam Syi'ah?"
...Mengapa dari ke-12 imam Syi'ah itu tidak tercantum nama Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi'i, dan Imam Hanbali?...
Faktanya, kaum Syi'ah tidak mengakui empat imam madzhab sebagai bagian
dari imam-imam mereka. Kaum Syi'ah memiliki silsilah keimaman sendiri.
Terkenal dengan sebutan "Imam 12" atau Imamah Itsna Asyari. Hal ini
merupakan bukti besar, bahwa Syi'ah bukan Ahlus Sunnah. Semua Ahlus
Sunnah di muka bumi sudah sepakat tentang keimaman empat Imam
tersebut. Para ahli ilmu sudah mafhum, jika disebut Al Imam Al
Arba'ah, maka yang dimaksud adalah empat imam mazhab rahimahumullah.
JURUS 5: "ALLAH DAN IMAM SYI'AH"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Siapa yang lebih Anda taati, Allah
Ta'ala atau imam Syi'ah?" Tentu dia akan menjawab: "Jelas kami lebih
taat kepada Allah." Lalu tanyakan lagi: "Mengapa Anda lebih taat
kepada Allah?" Mungkin dia akan menjawab: "Allah adalah Tuhan kita,
juga Tuhan imam-imam kita. Maka sudah sepantasnya kita mengabdi kepada
Allah yang telah menciptakan imam-imam itu."
...sikap ideologis kaum Syi'ah lebih dekat kemusyrikan karena
lebih mengutamakan pendapat imam-imam Syi'ah daripada ayat-ayat
Allah...
Kemudian tanyakan ke orang itu: "Mengapa dalam kehidupan orang Syi'ah,
dalam kitab-kitab Syi'ah, dalam pengajian-pengajian Syi'ah; mengapa
Anda lebih sering mengutip pendapat imam-imam daripada pendapat Allah
(dari Al Qur'an)? Mengapa orang Syi'ah jarang mengutip dalil-dalil
dari Kitab Allah? Mengapa orang Syi'ah lebih mengutamakan perkataan
imam melebihi Al Qur'an?"
Faktanya, sikap ideologis kaum Syi'ah lebih dekat ke kemusyrikan,
karena mereka lebih mengutamakan pendapat manusia (imam-imam Syi'ah)
daripada ayat-ayat Allah. Padahal dalam Surat An Nisaa' ayat 59
disebutkan, jika terjadi satu saja perselisihan, kembalikan kepada
Allah dan Rasul-Nya. Itulah sikap Islami, bukan melebihkan pendapat
imam di atas perkataan Allah.
JURUS 6: "ALI DAN JABATAN KHALIFAH"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Menurut Anda, siapa yang lebih berhak
mewarisi jabatan Khalifah setelah Rasulullah wafat?" Dia pasti akan
menjawab: "Ali bin Abi Thalib lebih berhak menjadi Khalifah." Lalu
tanyakan lagi: "Mengapa bukan Abu Bakar, Umar, dan Ustman?" Maka
kemungkinan dia akan menjawab lagi: "Menurut riwayat saat peristiwa
Ghadir Khum, Rasulullah mengatakan bahwa Ali adalah pewaris sah
Kekhalifahan."
...Mengapa ketika sudah menjadi Khalifah, Ali tidak pernah
menghujat Khalifah Abu Bakar, Umar, dan Utsman, padahal dia memiliki
kekuasaan?...
Kemudian katakan kepada orang Syi'ah itu: "Jika memang Ali bin Abi
Thalib paling berhak atas jabatan Khalifah, mengapa selama hidupnya
beliau tidak pernah menggugat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar,
Khalifah Umar, dan Khalifah Utsman? Mengapa beliau tidak pernah
menggalang kekuatan untuk merebut jabatan Khalifah? Mengapa ketika
sudah menjadi Khalifah, Ali tidak pernah menghujat Khalifah Abu Bakar,
Umar, dan Utsman, padahal dia memiliki kekuasaan? Kalau menggugat
jabatan Khalifah merupakan kebenaran, tentu Ali bin Abi Thalib akan
menjadi orang pertama yang melakukan hal itu."
Faktanya, sosok Husein bin Ali Radhiyallahu 'Anhuma berani menggugat
kepemimpinan Dinasti Umayyah di masa Yazid bin Muawiyah, sehingga
kemudian terjadi Peristiwa Karbala. Kalau putra Ali berani
memperjuangkan apa yang diyakininya benar, tentu Ali radhiyallahu
'anhu lebih berani melakukan hal itu.
JURUS 7: "ALI DAN HUSEIN"
Tanyakan ke orang Syi'ah: "Menurut Anda, mana yang lebih utama, Ali
atau Husein?" Maka dia akan menjawab: "Tentu saja Ali bin Abi Thalib
lebih utama. Ali adalah ayah Husein, dia lebih dulu masuk Islam,
terlibat dalam banyak perang di zaman Nabi, juga pernah menjadi
Khalifah yang memimpin Ummat Islam." Atau bisa saja, ada pendapat di
kalangan Syi'ah bahwa kedudukan Ali sama tingginya dengan Husein.
Kemudian tanyakan ke dia: "Jika Ali memang dianggap lebih mulia,
mengapa kaum Syi'ah membuat peringatan khusus untuk mengenang kematian
Husein saat Hari Asyura pada setiap tanggal 10 Muharram? Mengapa
mereka tidak membuat peringatan yang lebih megah untuk memperingati
kematian Ali bin Abi Thalib? Bukankah Ali juga mati syahid di tangan
manusia durjana? Bahkan beliau wafat saat mengemban tugas sebagai
Khalifah."
Faktanya, peringatan Hari Asyura sudah seperti "Idul Fithri" bagi kaum
Syi'ah. Hal itu untuk memperingati kematian Husein bin Ali. Kalau
orang Syi'ah konsisten, seharusnya mereka memperingati kematian Ali
bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu lebih dahsyat lagi.
...Kalau orang Syi'ah konsisten, seharusnya mereka memperingati
kematian Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu lebih dahsyat lagi...
JURUS 8: "SYI'AH DAN WANITA"
Tanyakan ke orang Syi'ah: "Apakah dalam keyakinan Syi'ah diajarkan
untuk memuliakan wanita?" Dia akan menjawab tanpa keraguan: "Tentu
saja. Kami diajari memuliakan wanita, menghormati mereka, dan tidak
menzalimi hak-hak mereka?" Lalu tanyakan lagi: "Benarkah ajaran Syi'ah
memberi tempat terhormat bagi kaum wanita Muslimah?" Orang itu pasti
akan menegaskan kembali.
Kemudian katakan ke orang Syi'ah itu: "Jika Syi'ah memuliakan wanita,
mengapa mereka menghalalkan nikah mut'ah? Bukankah nikah mut'ah itu
sangat menzalimi hak-hak wanita? Dalam nikah mut'ah, seorang wanita
hanya dipandang sebagai pemuas seks belaka. Dia tidak diberi hak-hak
nafkah secara baik. Dia tidak memiliki hak mewarisi harta suami.
Bahkan kalau wanita itu hamil, dia tidak bisa menggugat suaminya jika
ikatan kontraknya sudah habis. Posisi wanita dalam ajaran Syi'ah,
lebih buruk dari posisi hewan ternak. Hewan ternak yang hamil
dipelihara baik-baik oleh para peternak. Sedangkan wanita Syi'ah yang
hamil setelah nikah mut'ah, disuruh memikul resiko sendiri."
...kaum Syi'ah tidak memberi tempat terhormat bagi kaum wanita.
Praktik nikah mut'ah marak sebagai ganti seks bebas dan pelacuran...
Faktanya, kaum Syi'ah sama sekali tidak memberi tempat terhormat bagi
kaum wanita. Hal ini berbeda sekali dengan ajaran Sunni. Di
negara-negara seperti Iran, Irak, Libanon, dll, praktik nikah mut'ah
marak sebagai ganti seks bebas dan pelacuran. Padahal esensinya sama,
yaitu menghamba seks, menindas kaum wanita, dan menyebarkan
pintu-pintu kekejian. Semua itu dilakukan atas nama agama.
Na'udzubillah wa na'udzubillah min dzalik.
JURUS 9: "SYI'AH DAN POLITIK"
Tanyakan ke orang Syi'ah: "Dalam pandangan Anda, mana yang lebih
utama, agama atau politik?" Tentu dia akan berkata: "Agama yang lebih
penting. Politik hanya bagian dari agama." Lalu tanyakan lagi:
"Bagaimana kalau politik akhirnya mendominasi ajaran agama?" Mungkin
dia akan menjawab: "Ya tidak bisa. Agama harus mendominasi politik,
bukan politik mendominasi agama."
Lalu katakan ke orang Syi'ah itu: "Kalau perkataan Anda benar, mengapa
dalam ajaran Syi'ah tidak pernah sedikit pun melepaskan diri dari
masalah hak Kekhalifahan Ali, tragedi yang menimpa Husein di Karbala,
dan kebencian mutlak kepada Muawiyah dan anak-cucunya? Mengapa hal-hal
itu sangat mendominasi akal orang Syi'ah, melebihi pentingnya urusan
akidah, ibadah, fiqih, muamalah, akhlak, tazkiyatun nafs, ilmu, dll.
yang merupakan pokok-pokok ajaran agama? Mengapa ajaran Syi'ah
menjadikan masalah dendam politik sebagai menu utama akidah mereka
melebihi keyakinan kepada Sifat-Sifat Allah?"
...Ajaran Syi'ah terjadi ketika agama dicaplok (dianeksasi) oleh
pemikiran-pemikiran politik. Akidah Syi'ah mirip dengan konsep
Holocaust Zionis internasional...
Faktanya, ajaran Syi'ah merupakan contoh telanjang ketika agama
dicaplok (dianeksasi) oleh pemikiran-pemikiran politik. Bahkan
substansi politiknya terfokus pada sikap kebencian mutlak kepada
pihak-pihak tertentu yang dianggap merampas hak-hak imam Syi'ah. Dalam
hal ini akidah Syi'ah mirip sekali dengan konsep Holocaust yang
dikembangkan Zionis internasional, dalam rangka memusuhi Nazi sampai
ke akar-akarnya. (Bukan berarti pro Nazi, tetapi disana ada sisi-sisi
kesamaan pemikiran).
JURUS 10: "SYI'AH DAN SUNNI"
Tanyakan kepada orang Syi'ah: "Mengapa kaum Syi'ah sangat memusuhi
kaum Sunni? Mengapa kebencian kaum Syi'ah kepada Sunni, melebihi
kebencian mereka kepada orang kafir (non Muslim)?" Dia tentu akan
menjawab: "Tidak, tidak. Kami bersaudara dengan orang Sunni. Kami
mencintai mereka dalam rangka Ukhuwah Islamiyah. Kita semua
bersaudara, karena kita sama-sama mengerjakan Shalat menghadap Kiblat
di Makkah. Kita ini sama-sama Ahlul Qiblat."
Kemudian katakan ke dia: "Kalau Syi'ah benar-benar mau ukhuwah, mau
bersaudara, mau bersatu dengan Sunni; mengapa mereka menyerang
tokoh-tokoh panutan Ahlus Sunnah, seperti Khalifah Abu Bakar, Khalifah
Umar, Khalifah Utsman, istri-istri Nabi (khususnya Aisyah dan
Hafshah), Abu Hurairah, Zubair, Thalhah, dan lain-lain? Mencela,
memaki, menghina, atau mengutuk tokoh-tokoh itu sama saja dengan
memusuhi kaum Sunni. Tidak pernah ada ukhuwah atau perdamaian antara
Sunni dan Syi'ah, sebelum Syi'ah berhenti menista para Shahabat Nabi,
selaku panutan kaum Sunni."
...Kalau Syi'ah benar-benar mau bersaudara dengan Sunni, mengapa
mereka menyerang tokoh panutan Ahlus Sunnah, seperti Khalifah Abu
Bakar, Khalifah Umar, Khalifah Utsman dan istri-istri Nabi?...
Fakta yang perlu disebut, banyak terjadi pembunuhan, pengusiran, dan
kezaliman terhadap kaum Sunni di Iran, Irak, Suriah, Yaman, Libanon,
Pakistan, Afghanistan, dll. Hal itu menjadi bukti besar bahwa Syi'ah
sangat memusuhi kaum Sunni. Hingga anak-anak Muslim asal Palestina
yang mengungsi di Irak, mereka pun tidak luput dibunuhi kaum Syi'ah.
Hal ini pula yang membuat Syaikh Qaradhawi berubah pikiran tentang
Syi'ah. Jika semula beliau bersikap lunak, akhirnya mengakui bahwa
perbedaan antara Sunni dan Syi'ah sangat sulit disatukan.
Demikianlah "10 Jurus Dasar Penangkal Kesesatan Syi'ah" yang bisa kita
gunakan untuk mematahkan pemikiran-pemikiran kaum Syi'ah. Insya Allah
tulisan ini bisa dimanfaatkan untuk secara praktis melindungi diri,
keluarga, dan umat Islam dari propaganda-propaganda Syi'ah. Wallahu
a'lam bis-shawaab. []